Selasa, 13 November 2012

Global Warming Adalah Cara Dajjal Untuk Keluar?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRoSs_p2GTy7gMnG3AKqLDLW8rd-8bz87aq4WIJanCZQyvCbpymgAA4tnjZLZpmu61crNxLTzcNvlco3HAX8BxVAl2GNBYypUZ-HDw88w4nRuXIWTmyfpzynylM5gSFPYrWMiZBGm_aWk/s1600/global-warming.jpg


ADA sebuah nubuwat yang benar-benar menggambarkan betapa dekatnya masa-masa keluarnya Dajjal dengan seluruh fenomena pemanasan global. Bencana kekeringan dan banjir yang bersamaan, gempa bumi dan tanah longsor yang terus beriringan, badai topan dan angin kencang yang memporak-porandakan bangunan, meningkatnya suhu bumi hingga titik derajat tertinggi yang menimbulkan kematian secara massal, kesemuanya adalah bagian dari akibat yang ditimbulkan oleh pemanasan global.

Rasulullah saw bersabda:

"Sesungguhnya sebelum keluarnya Dajjal adalah tempo waktu tiga tahun yang sangat sulit, dimana pada waktu itu manusia akan ditimpa oleh kelaparan yang sangat. Allah memerintahkan kepada langit pada tahun pertama darinya untuk menahan 1/3 dari hujannya dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan 1/3 dari tanamannya. Kemudian Allah memerintahkan kepada langit pada tahun kedua darinya agar menahan 2/3 dari hujannya dan memerintahkan bumi untuk menahan 2/3 dari tanam tanamannya. Kemudian pada tahun ketiga darinya Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, lalu ia tidak meneteskan setitik airpun dan memerintahkan bumi agar menahan seluruh tanamannya, maka setelah itu tidak tumbuh satu tanaman hijaupun dan semua binatang berkuku akan mati kecuali yang tidak dikehendaki Allah. Para sahabat bertanya, "Dengan apa manusia akan hidup pada saat itu ?" Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, "Tahlil, takbir dan tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan," (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim, shahih. Lihat Ash- Shahihah no.2457).


Nabi Isa as akan turun untuk menyelamatkan kaum muslimin dari kegelapan total akibat asap global

Dalam sebuah riwayat disebutkan :

Dajjal mengepung penduduknya. Saat itu sebagian kaum Muslimin berlindung ke atas perbukitan dan pegunungan Syam. Kemudian Dajjal dapat mengepung mereka dengan menempati tempat asalnya. Sehingga, ketika cobaan dan kegentingan telah berlangsung lama menimpa kaum Muslimin, salah seorang di antara mereka kemudian berkata, 'Hai sekalian kaum Muslimin! Hingga kapan kalian dalam keadaan begini, padahal musuh Allah telah menginjakkan kaki di bumi kalian? Bagi kalian hanya ada dua pilihan, Allah mematikan kalian sebagai syuhada atau memenangkan kalian!' Kemudian mereka bersumpah setia (baiat) untuk mati-matian berjihad, yang hal itu diketahui Allah sebagai kejujuran dari diri mereka sendiri. Kemudian KEGELAPAN (zhulmah) menimpa mereka, sehingga tak seorang pun dapat melihat telapak tangannya. Kemudian Isa bin Maryam turun lalu membuka pandangan mata mereka. HR. Abdurrazzaq no. 20834.


Global Warming, dapatkah diselamatkan?

Isac Asimov dan Frederik Pohl dalam bukunya Our Angry Earth menulis: Sebagian besar manusia sulit menyadari realitas kehancuran lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Ini karena penghancuran-penghancuran ling­kungan hidup itu terjadi bersamaan dengan proses-proses yang sedang mereka kerjakan sendiri, yang sering "bertujuan" untuk membangun masa depan. Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya. Tragedi masa depan itu justru sedang berjalan di depan kita dan kita sendiri yang menjalankannya.

Apa yang ditulis Asimov-Pohl benar. Berbagai tragedi lingkungan yang kini sedang terjadi -kenaikan suhu atmosfir bumi, polusi, deforestasi, dan mewabahnya penyakit berbahaya- sebenarnya merupakan hasil dari perbuatan manusia sendiri. Tragisnya, sebagian besar manusia belum menyadari akan hal itu.


Akhir zaman yang telah dinubuwatkan; seperti skenario sebuah drama dalam panggung kehidupan

Ibarat sebuah drama, kehidupan manusia saat ini sudah memasuki babak-babak terakhir. Kerusakan yang semakin bertambah parah dan manusia yang semakin kehilangan sifat kemanusiaannya adalah salah satu bukti faktual atas pernyataan ini. Manusia jahat semakin banyak, dan orang-orang yang bijak semakin langka. Bertikai dan membunuh demi kepentingan pribadi semakin marak terjadi.

Demi melihat seluruh realitas dan fakta yang ada, menjadi sangat sulit untuk mengatakan bahwa peradaban modern ini akan mencegah pemanasan global. Teknologi secanggih apapun tidak akan mempu menghentikan emisi karbon. Hujan asam yang saat ini terus terjadi telah dinubuwatkan.

Dengan kata lain, yang paling penting adalah bagaimana mengakhiri semuanya dengan sebuah akhir yang baik, husnul khatimah. Ya, 'biarlah' pemanasan global itu tetap berjalan, 'biarlah' global warming itu terus menghantam, 'biarlah' air laut itu terus naik dengan perlahan, 'biarlah' gempa bumi dan angin topan itu menunjukkan tasbih dan tahmidnya kepada manusia, dan biarlah semua itu tetap terjadi (sebab semua itu adalah sunnatullah di alam ini), yang paling penting bagaimana agar kita selamat dari fitnah, selamat dari ujian, selamat dari semua musibah dan mati dengan khusnul khatimah. Wallahu a’lam bish shawab.


Kamis, 25 Oktober 2012

Warga Gaza Kembali Berguguran


Dua pria tewas dan dua lainnya luka parah dalam serangan udara Israel di Gaza tengah pada Minggu sore kemarin (14/10), kata petugas medis.

Pesawat-pesawat tempur Israel meluncurkan serangan mematikan ke arah kendaraan truk-truk di Deir al-Balah, kata juru bicara kementerian kesehatan Gaza Ashraf al-Qidra kepada Ma’an.

Ia mengatakan korban semua dievakuasi ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah, petugas medis mengidentifikasi korban sebagai Addin Izz Abu Nuseira 23-tahun dan Ahmad Abu Fatayir 22-tahun yang meninggal karena luka-lukanya setelah tiba di rumah sakit.

Tentara Israel mengatakan mereka menargetkan “skuad teroris” yang baru saja menembakkan roket dari Jalur Gaza tengah ke Israel, menambahkan bahwa serangan itu dikonfirmasi.

Kedua korban membawa korban tewas akibat serangan udara Israel di Gaza menjadi 5 orang dalam waktu 24 jam.

Sebelumnya Yasser al-Atakal, 24, tewas dalam serangan udara pada hari Minggu pagi saat ia mengendarai sepeda motornya di timur dari Khan Younis, dan seorang lainnya terluka parah.

Seorang jurubicara militer Israel mengatakan, para pria yang mereka serang bersiap-siap untuk menembakkan roket ke Israel.

Pada Sabtu malam lalu, Israel menewaskan dua petinggi Salafi Jihadi dalam serangan serupa di kota utara Jabalia.

Para korban diidentifikasi sebagai Hisyam Al-Saedni dan Ashraf al-Sabah, sementara anak laki-laki 10 tahun yang kebetulan lewat daerah itu juga ikut terluka, kata seorang koresponden Ma’an.


Jumat, 12 Oktober 2012

George Soros Di Belakang Bos Media Harry Tanoe?



Siapa tak kenal George Soros, miliarder Yahudi berkebangsaan Amerika yang pernah mengantar Indonesia bersama sejumlah negara lainnya ke lembah kelam bernama krisis moneter, 1997-1998 silam. Indonesia dibuatnya porak-poranda, yang hingga kini jelas masih terasa. Soros dikenal memiliki kemampuan tinggi dalam berspekulasi di bidang perdagangan mata uang.

Bahkan, pada 1982, dalam waktu singkat Soros berhasil meraup keuntungan 1,2 miliar dolar dalam perdagangan mata uang Poundsterling. Akibatnya, sebagian perekonomian Inggris hancur. Ia pun dijuluki sebagai “Pria Yang Menghancurkan Pound” (The Man Who Broke the Pound).

Siapa pula tak mengenal Hary Tanoesudibyo, seorang bos media yang saat ini sedang mencoba peruntungan politik di Partai NasDem. Pria yang akrab disapa HT ini juga dikenal ulung mengelola keuangan. Kendati umurnya masih relatif muda, ia sudah mampu menguasai berbagai sektor penting, utamanya industri media.

Lantas, bagaimana keduanya bisa sehebat itu? Benarkah ada hubungan khusus di antara keduanya? Benarkah HT sengaja dipakai Soros untuk menguasai perekonomian Indonesia?

Info beredar, keduanya memang telah lama menjalin persahabatan. Salah satu indikasi persahabatan itu, Soros punya 15 persen saham di PT Bhakti Investama, milik HT. Perusahaan ini beberapa waktu lalu pernah terseret kasus penyuapan yang diungkap KPK.

Soros juga disebut-sebut berkaitan erat dengan skandal Bank Century. Itu karena Soros memiliki 19 persen saham di Bank CIC, cikal bakal merger Bank Century. Dengan cerdas, Soros lalu merampok kas Indonesia di pasar modal Indonesia.

Itu dia lakukan melalui Bank CIC, Bank Pikko, dan Bank Danpac disatukan menjadi Bank Century. Caranya, Bank CIC melakukan transaksi surat-surat berharga (SSB) fiktif senilai 25 juta dolar AS yang melibatkan Chinkara. Pada 2003, Bank CIC memiliki surat berharga dalam valuta asing sekitar Rp 2 triliun dan US Treasury Strips senilai 185,36 juta dolar AS.

Selanjutnya, Bank Indonesia pada 2004 menyetujui proses merger Bank Pikko dan Bank Danpac ke dalam Bank Century. Robert Tantular menjadi pemegang saham Bank Century bersama Alwarraq Hesyam Talaat dan Rafat Ali Rizvi tanpa fit and proper test sebagai bankir. Paska merger tersebut, Soros dikabarkan lebih banyak berperan di belakang layar, karena Bank Century dianggap sudah mampu dikendalikan Robert Tantular.

Kiprah Soros lainnya adalah pernah terlibat dalam proses tender saham yang dimiliki pemerintah di PT Astra International Tbk. Soros menyusup ke Astra melalui PT Bhakti Investama yang sahamnya dimiliki Quantum Fund, induk perusahaan milik Soros. Nilai investasi Soros saat itu diperkirakan sekitar Rp 203,5 miliar.

Dalam berbagai kebijakan HT, kuat dugaan ada Soros yang setia melindunginya dari belakang layar. Termasuk ketika HT membeli saham Bentoel, SCTV, Astra Internasional, dan PT Artha Graha Investama Sentral (AGIS). Soros memberikan konsultasi agar HT fokus pada bisnis media cetak dan televisi. Alasannya, prospek bisnisnya cukup besar.

Atas saran Soros, HT lantas melepas saham SCTV dan membeli RCTI dari Bimantara, kemudian memborong saham TPI (sekarang MNC TV) dan Global TV. Saham HT lalu melebar ke Music Televisi Indonesia , radio Trijaya dan ARH, Harian Seputar Indonesia dan Tabloid Gennie; Majalah Trust (sekarang Majalah Sindo). Konsep yang ditawarkan Soros adalah dengan menguasai industri media, maka bisnis lain akan terbantu. Termasuk mampu menembus dunia politik. Usai meraup keuntungan dari industri media, Soros-HT lalu membidik pasar telekomunikasi dengan layanan seluler Fren.

Lihat saja, dua presenter Indonesia yakni Rosianna Silalahi (SCTV) dan Putra Nababan (RCTI) pernah mewawancarai dua presiden AS. Rosianna untuk Presiden Bush, sementara Putra untuk Presiden Obama. Ditengarai, keberhasilan dua presenter itu juga tidak terlepas dari jasa Soros.

Sejak awal, HT memang sudah dipersiapkan Yahudi AS untuk menguasai Indonesia. Hal itu ia peroleh saat masih kuliah di Ottawa University, Kanada. Saat itu, HT sudah berpengalaman bermain saham di bursa Toronto.

Soal terjunnya HT ke dunia politik tentu saja bukan karena kebetulan. Meski harus diakui, langkah HT tersebut mendapat perlawanan ‘kecil’ dari kaum nasionalis. Bukan kebetulan juga ketika HT menjanjikan modal Rp 5 miliar bagi kader NasDem yang ingin bertarung di Pemilu Legislatif 2014 nanti.

Kepiawaian HT menggoreng pundi-pundi Keluarga Cendana (Titik Prabowo dan Bambang Soeharto) melalui PT Bhakti Investama juga berasal dari Soros. Kesimpulannya, Soros-HT memang memiliki kisah yang mirip. Atau boleh disebut, HT adalah anak didik sang miliarder Soros. Benarkah?


Rabu, 05 September 2012

Bukti Keberadaan Pemuja Setan (Satanism)



Oleh: Henry Makow Ph.D.

Kemanusiaan telah dijajah oleh sebuah kelompok pemuja Setan, yaitu Illuminati. Umat manusia dikuasai oleh sistem setan. Kita berada di bawah serangan psikologis yang seca
ra terus-menerus dilakukan oleh musuh yang tak terlihat, yaitu Okultisme. Masyarakat dunia sudah memikul belenggu berupa "kebenaran politik," yang tidak lain merupakan sebuah konsep Partai Komunis.

Tentu saja, ini bukan gambaran yang disajikan oleh media massa. Illuminati menggunakan media massa untuk menipu dan menghinakan derajat kemanusiaan kita.


Illuminati adalah para bankir Kabalis Yahudi dan jaringan mereka yang luas yaitu Freemason, mereka mengendalikan kartel bisnis, pemerintahan, badan intelijen, gereja, think tank .. dan hampir disegala bidang penting lainnya.

Mereka menggunakan utang untuk memperbudak umat manusia di bawah dispensasi Setan. Lihatlah simbolisme pada Olimpiade London 2012 dan jika Anda masih meragukan hal ini. (Lihat lebih lanjut di sini dan klik linknya.) "http://www.worldempirebook.com/#/2012-olympics/4567777767"


Illuminati bertanggung jawab atas keberadaan Komunisme, (negara sebagai pengganti yang memungkinkan para bankir untuk memiliki segalanya.) Komunisme merupakan milik Pemuja Setan yang sama.


Di Dunia Barat, tujuan Komunis dimajukan di bawah label "Liberalisme."


Dalam Protocols of Zion, para bankir Kabalis mengatakan bahwa mereka harus merusak "semua identitas kolektif goyim, kecuali mereka sendiri." Keempat tatanan dari identitas manusia adalah agama, ras, bangsa dan keluarga.


Mereka merusak keluarga dengan menyabotase peran gender dan lembaga pernikahan.


Mereka memperkenalkan "seks bebas," "feminisme," "hak-hak gay" dan "pernikahan gay" untuk menghancurkan norma-norma heteroseksual dan kelembagaannya.


Siapa yang bisa menyangkal bahwa mereka telah melakukan semuanya ini? Siapa yang bisa menyangkal bahwa mereka merupakan sang "pembenci" nyata yang merusak kehidupan jutaan manusia?


Mereka memutar balikan semua fakta kejahatan ini dan mengatakannya sebagai "kemajuan," "perubahan sosial," "kebebasan dari penindasan," "kemerdekaan." Mereka membuat sesuatu nampaknya seperti kejadian-kejadian spontan yang terjadi di akar rumput, padahal sebenarnya hal tersebut merupakan rekayasa sosial yang dibikin elit.


Siapa yang akan menyerang cinta-kasih antara suami dan istri yaitu dengan mengajarkan kepada perempuan bahwa laki-laki adalah pemerkosa dan pernikahan adalah merupakan "penindasan"? Yang mengajarkan merekalah tentulah si Pemuja Setan.


Siapa yang akan mendefinisikan ulang lembaga pernikahan yang disucikan oleh 98% dari jumlah penduduk, siapa yang akan mengakomodasi keinginan yang jumlahnya kurang dari 5% untuk melakukan perubahan lembaga perkawinan? Tentu saja si Pemuja Setan.


Siapapun yang menyangkal keberadaan Tuhan dan tatanan alam serta tertib moral maka ia telah masuk selangkah untuk kemudian menjadi Pemuja Setan. Ateisme sedang meningkat di Amerika Serikat.


Mereka Menentang Tuhan


Tujuan yang ada di dalam pemikiran para Pemuja Setan (yaitu Illuminati) adalah untuk mengubah tatanan alam serta tertib moral Anda, dalam beberapa cara yang tidak jelas, atau dikenal mereka menyanggah perbedaan gender manusia dalam menjelaskan alam secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati aturan, hukum Sang Maha Pencipta dengan melakukan segala cara dan bentuk setiap perilaku yang tidak wajar menyimpang dan bejat.


Dengan demikian, mereka menyerang segala sesuatu yang sehat, alami, murni dan baik.


Mereka menggunakan dan mengembangkan penyakit, perang, penyelewengan fungsi dan penyimpangan untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka mendorong pergaulan bebas, pedofilia, pornografi, dan akhirnya sifat kebinatangan manusia.


Perang. Hanya Setan yang bisa memulainya.


Mereka menyebutnya "mengubah dunia." Mereka adalah "agen-agen perubahan."


Namun apakah dunia menjadi lebih baik keadaannya?


Tidak, karena "mengubah dunia" yang sebenarnya menurut mereka berarti perubahan sepanjang garis kebijakan Setan. Dan itulah bagi mereka merupakan makna dari "kemajuan."



Barcelona Kawan Dekat Israel (???)



Tidak banyak yang tahu jika raksasa La Liga Spanyol, Barcelona memiliki kedekatan dengan Zionis.  Memang tudingan tersebut perlu dibuktikan lebih lanjut. Namun jika melihat video Youtube berjudul Real Madrid vs Barcelona (Apa Beda Real Madrid dan Barcelona) paling tidak bisa diketahui perbedaan kedua klub tersukses di Spanyol itu.

Dalam video tersebut mengungkapkan fakta bahwa Barcelona memiliki kedekatan dengan Israel. Petinggi, pelatih maupun pemain Blaugrana tampak menikmati kunjungannya ke negeri Zionis.

Terlihat kedatangan Josep Guardiola, sepertinya di bandara dan langsung masuk mobil bersama ofisial Barcelona. Yang mencengangkan, Gerard Pique tampak berdoa secara khusyuk sembari menyandarkan kepalanya di dinding Tembok Ratapan. Pique mengenakan penutup kepala, aksesoris khas Yahudi.

Ia datang ke tempat tersebut ditemani pacarnya, Shakira. Usai berdoa, tentara Israel yang bertugas menjaga daerah itu antre berfoto dengannya. Tayangnya video yang bertutur tentang Barcelona diakhiri Presiden Israel Simon Peres memamerkan jersey juara bertahan Copa del Rey itu bertuliskan namanya. Video berdurasi 3 menit 7 detik itu berlanjut dengan sorotan fans Barcelona yang memasang bendera Israel di Nou Camp.

Semua yang dilakukan Barcelona bertolak belakang dengan Real Madrid. Dimulai dengan pendukung Los Blancos yang mengibarkan bendera Palestina di Santiago Bernabeu. Kemudian kunjungan Cristiano Ronaldo ke tanah Palestina untuk membantu korban anak-anak yang tertindas lantaran kekejian militer Zionis.

Dukungan kapten timnas Portugal itu kepada Palestina tidak berhenti sampai di situ. Ronaldo bahkan menghadiri acara perjuangan Palestina untuk memerdekakan diri dari pendudukan Israel. Dia dengan bangga mengenakan syal Palestina. Bentuk dukungan konkret lainnya ia mengangkat tulisan di atas kerta berlambang bendera Palestina. “Todos con Palestina (Semua untuk Palestina),” Ronaldo mengangkat tulisan itu.

Hal yang sama dilakukan eks bomber Madrid, Raul Gonzales yang mengalungkan syal berlambang bendera Palestina. Ronaldo Luis Nazario juga melakukan langkah serupa yang tampak bahagia ketika mengunjungi Palestina.


Selasa, 28 Agustus 2012

Terlaknat, Israel Akan Pesta Miras di Masjid!


Tak lama lagi Israel akan menggelar festival minuman keras di halaman Masjid Raya Berseba, Palestina Selatan, pada 5-6 September mendatang.

Geram akan niat keji tersebut, HAMAS menyerukan agar Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Liga Arab segera bertindak menghentikan rencana Israel laknatullah menistakan kehormatan masjid tersebut. Dalam pernyataannya pada Senin (27/8/2012), HAMAS memperingatkan penjajah Israel agar tidak nekad melakukan aksi provokasi yang hina itu.

''Tindakan ini merupakan tindakan melampaui batas dan pelanggaran terang-terangan terhadap kehormatan masjid dan tempat ibadah,'' kecam HAMAS. ''Ini jelas merupakan pelecehan terhadap perasaan umat Islam di seluruh dunia!''

HAMAS menambahkan, tindakan Israel yang menistakan masjid dan tempat suci ini mengharuskan umat Islam bergerak cepat di seluruh level. HAMAS juga menyerukan kepada seluruh rakyat Palestina agar menghadang aksi keji Israel.

Selain itu, HAMAS juga menyerukan OKI dan Liga Arab serta lembaga-lembaga HAM untuk bertindak secara langsung menghentikan tindakan penghinaan sistematis terhadap masjid dan tempat ibadah ini.


Selasa, 21 Agustus 2012

Berselingkuh Atas Nama Indonesia

http://suara-islam.com/images/tabloid/ferry%20mursyidan%20baldan-.jpg

Perselingkuhan politisi dan pengusaha Indonesia dengan Israel semakin telanjang. Mereka membutakan diri pada karakter Negara Israel yang tidak bisa diajak damai kecuali dengan perang.

As long as the Jewish spirit is yearning deep in the heart; With eyes turned toward the East, looking toward Zion; Then our hope – the two-thousand-year-old hope – will not be lost; To be a free people in our land; The land of Zion and Jerusalem.

Itulah lirik lagu kebangsaan Israel, Hatikvah (Harapan), yang selalu dikumandangkan dalam setiap peringatan hari lahir (Yom Haatzma'ut) Negara Zionis Israel. Tanpa ‘tedeng aling-aling’, syair lagu itu secara provokatif mengajak Bangsa Yahudi untuk merebut ‘’Tanah Yang Dijanjikan’’ (The Promised Land) yaitu Negeri Palestina secara keseluruhan.

Israel diproklamirkan pada 14 Mei 1948. Tahun ini, Kedutaan Besar Israel di Singapura menggelar peringatan 64 tahun lahirnya negara Zionis-Israel di Gedung School of The Arts Singapura pada Kamis, 26 April 2012. Momentum ini mengikuti perhitungan kalender Yahudi (Iyar).

Nah, diantara yang hadir dalam peringatan tersebut, tampak sepuluh orang dari Indonesia. Mereka adalah politikus dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem) bersama istri, tokoh yang diklaim dari organisasi pemuda Islam, pengusaha, dan pejabat KADIN (Kamar Dagang dan Industri).

Tentu saja Duta Besar Israel untuk Singapura, Amira Arnon, gembira bukan kepalang dengan kehadiran para wakil dari Indonesia.

Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, KH Cholil Ridwan Lc, menjelaskan, Indonesia adalah Negeri Muslim Terbesar di Dunia, sehingga kehadiran tokoh-tokoh Indonesia memberikan legitimasi penting bagi eksistensi Negara Israel.

‘’Kehadiran orang Indonesia itu menunjukkan pengakuan atas kemerdekaan dan eksistensi Negara Zionis Israel. Pantas saja kalau Arnon senang dengan kedatangan mereka,’’ katanya.
Apalagi, Bangsa Indonesia memiliki lagu khusus untuk peringatan ulang tahun yang syair-nya berbunyi: Selamat ulang tahun kami ucapkan. Selamat panjang umur kita kan doakan. Selamat sejahtera sehat sentosa. Selamat panjang umur dan bahagia.

Seperti dikutip Republika Online (ROL) edisi 30/4, Ferry Mursyidan Baldan mengakui, ia bersama istri memang menghadiri acara Peringatan Hari Kemerdekaan Israel. Politikus Partai Nasdem yang mantan politikus Partai Golkar ini berkilah, ia hanya sebatas memenuhi undangan.

Kehadirannya dalam acara tersebut, kata dia, sebatas membina hubungan baik dan komunikasi dengan kolega. Ia mencontohkan, dirinya bahkan juga sering berkomunikasi dengan beberapa kawan dari Taiwan, FPI, GAM, Thailand Selatan, Selandia Baru, hingga Vatikan. Menurutnya, sebagai politisi yang memiliki latar belakang bidang Hubungan Internasional, wajar saja menjalin komunikasi dengan siapa pun.

Mantan Ketua Umum PB HMI periode 1990-1992 ini juga mengungkapkan, ia pernah melawat ke Israel tiga tahun lalu. “Saya mengunjungi Kota Hebron, Jericho, dan Yerusalem,” ujar Ferry seperti dikutip merdeka.com. Dia juga sempat bertemu sejumlah anggota Knesset (parlemen Israel).

Selanjutnya Ferry mengungkapkan, dalam peringatan HUT Israel di Singapura itu tak ada pembicaraan khusus mengenai rencana Israel membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Menurutnya, Israel paham mengenai keberpihakan Indonesia pada Palestina. Tapi, Ferry menyatakan, konflik Israel-Palestina adalah hubungan sebab-akibat. Seperti halnya Indonesia yang tak mengakui Israel sebagai negara, tentu ada alasan juga mengapa Israel tak mengakui Palestina sebagai negara.

Karena itu, Ferry secara tersirat mendukung pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel.

Banyak orang Indonesia yang berpikiran pragmatis seperti Ferry. Mereka menganggap, dengan mengakui Israel dan membuka hubungan diplomatik dengannya, Indonesia bisa menjadi mediator proses perdamaian Israel-Palestina. Negeri ini juga bakal diuntungkan dengan kerjasama militer dan perekonomian dari hubungan tersebut.

Kompas
edisi 13 September 1993 melansir pernyataan Menhankam Edi Sudradjat yang mengatakan, jika negara-negara Arab telah menjalin hubungan dengan Israel, mengapa Indonesia tidak menyusulnya.

Pada 30 November 2005, dalam rapat kerja dengan Menteri Luar Negeri, anggota Komisi I Slamet Effendi Yusuf menyatakan, Indonesia semestinya mulai memikirkan hubungan diplomatik dengan Israel bila ingin memiliki peran penting dalam penyelesaian damai Israel-Palestina. Bantuan Indonesia dinilainya kurang efektif bila Indonesia tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Situs Tabloid Kristen Reformata (25/8/2011) memuat wawancara dengan Dr Mangandar Situmorang, dosen Hubungan Internasional Curtin University, Australia, yang senada dengan Ferry.

Situmorang bilang, Indonesia harus mengubah mindset yang sudah begitu lama tertanam bahwa Palestina kawan dan Israel  adalah lawan. Mindset primordial ini disebabkan afiliasi keagamaan.

Padahal, kata Situmorang, secara de facto hubungan Indonesia-Israel sudah terjalin. ‘’Hubungan Indonesia-Israel saya kira sudah berlangsung sangat lama. Cuma tidak dalam bentuk-bentuk yang bersifat formal atau offisial seperti yang kita ketahui dalam hukum diplomatik. Tapi oleh mekanisme-mekanisme yang sedikit banyaknya dipengaruhi oleh sistem sindikasi ataupun juga dalam format yang lebih luas dari ekonomi liberalis-kapitalis,’’ tuturnya.

Pandangan setipe itu dikemukakan Panji Gumilang. Pada 25 Maret lalu, di hadapan Menteri Agama Suryadharma Ali, bos Pesantren Al Zaytun tersebut mengusulkan perlunya dibuka hubungan diplomatik Indonesia-Israel. Panji bilang, Israel bukanlah penjajah. Israel hanya berusaha membagi dua wilayah menjadi milik Israel dan Palestina yang sama-sama berdaulat.
Amerika dan Israel juga ngebet agar Indonesia berhubungan resmi dengan Israel. Misalnya, dalam kunjungannya ke Jakarta pada Pebruari 1994, lima senator AS mendesak Indonesia agar segera membuka hubungan dengan Israel.

Pada September 2006, Menlu Hassan bertemu Menlu Israel Silvan Shalom di sela-sela acara ulang tahun PBB ke-60, di New York, AS. Menlu Israel membawa pesan PM Israel, Ehud Olmert, yang mensyaratkan pengakuan terhadap kedaulatan Israel bila Indonesia dan Malaysia hendak mengirimkan pasukan untuk bergabung dalam pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon (UNIFIL).

Namun, jumhur Bangsa Indonesia yang masih waras, menolak hubungan diplomatik dengan Israel. Menurut Sekjen Forum Umat Islam, KH Muhammad Al Khaththath, Pemerintah Indonesia menanggung 5 dosa besar (itsmun kabiir) bila membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Pertama, mengkhianati amanat Pembukaan UUD ’45, yang menegaskan bahwa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Seperti dikutip Paul Findley dalam bukunya Deliberate Deceptions:  Facing the Facts about the U.S. - Israeli Relationship (1993, yang diterjemahkan sebagai Diplomasi Munafik ala Yahudi - Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel, Penerbit Mizan, 1995), di tengah-tengah perang 1948, diplomat Inggris Sir Hugh Dow melaporkan: "Orang-orang Yahudi itu jelas ekspansionis."
Deklarasi Kemerdekaan Israel tidak menyebutkan adanya perbatasan, dan negara Yahudi tidak pernah secara terbuka menyatakan batas-batasnya.

Israel memiliki setidaknya 4 Undang-Undang yang diskriminatif terhadap Arab. UU ini membebaskan orang Yahudi masuk Israel dan Palestina, dan sebaliknya mempersulit orang Arab Muslim. Melalui UU ini, warga Arab Muslim Palestina juga gampang terbuang ke luar negerinya.
UU itu adalah UU Kembali (Law of Return), Undang-undang Masuk Israel 1952 (Law of Entry), Undang-undang Kewarga-negaraan 1952 (The Citizenship Laws), dan Law of Absentees 1965.
Israel tak pernah menyerahkan satu bagian penting pun dari tanah yang direbutnya pada 1948 di luar perbatasan-perbatasan yang ditetapkan Rencana Pembagian PBB. Rencana itu membatasi luas negara Yahudi hingga 5.893 mil persegi (56,47% Palestina). Namun, jelang akhir perang 1948 Israel menguasai daerah seluas 8.000 mil persegi (77,4%).

Hal itu ditegaskan Menteri Pertahanan Moshe Dayan pada satu kelas yang berisi para pelajar Israel pada 1969: "Tidak ada satu tempat pun yang dibangun di negeri ini yang sebelumnya tidak dihuni oleh penduduk Arab."

Peringatan HUT Israel 2012 ditandai dengan legalisasi tiga pemukiman Yahudi di Tepi Barat yaitu di Sansana, Rechelim dan Bruchi.

Peresmian pencaplokan wilayah Palestina itu disampaikan Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (23/4/2012), sebagaimana dimuat situs resmi mereka.
CNN (24/4/2012) juga menyiarkan, Pemerintah Israel telah memutuskan untuk melegalkan status tiga pos pemukiman yang dibangun di Tepi Barat pada 1990 itu.

Legalisasi itu berarti Israel mengunci harapan menghidupkan kembali proses perdamaian. “Pemerintah Israel harus membuat pilihan antara permukiman dan perdamaian. Mereka tidak bisa memiliki keduanya,” kata Saeb Erekat, negosiator Palestina.

Palestina kemudian mengirimkan surat resmi ke Dewan Keamanan dan Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengutuk pengesahan pemukiman Yahudi di ketiga wilayah tadi.

Namun, Israel sudah mengamankan langkahnya. Akhir Maret lalu, Israel sudah memutuskan bekerjasama dengan badan-badan PBB. Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan kepada perwakilannya di Jenewa untuk tidak bekerja sama dengan Dewan HAM PBB maupun Komisaris HAM PBB, Navi Pillay (BBC 26/3/2012). Israel juga melarang Tim PBB memasuki negeri itu untuk mengkaji dampak pemukiman Yahudi terhadap hak-hak Palestina.

Kedua, pembukaan diplomatik juga bertentangan dengan prinsip-prinsip Gerakan Non-Blok, di mana Indonesia menjadi salah satu anggotanya. Karena, membuka hubungan diplomatik berarti mengakui eksistensi kolonialisme serta menyakiti perasaan umat Islam sedunia, umat Islam Indonesia khususnya.

Ketiga, Israel tidak pernah mau menaati Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 242 dan 338. Inti kedua resolusi tersebut adalah meminta Israel mundur dari seluruh wilayah yang didudukinya dalam perang tahun 1967.

Keempat, pembukaan hubungan tidak sejalan dengan prinsip perjuangan Organisasi Konferensi Islam (OKI), di mana Indonesia salah satu anggotanya. Dalam KTT OKI Ke-6 di Dakar, Senegal, tahun 1991, misalnya, komunike sidang menegaskan, ”Perdamaian hanya dapat ditegakkan dengan memberikan hak menentukan nasib sendiri kepada rakyat Palestina dan penarikan tanpa syarat pasukan pendudukan Israel dari seluruh wilayah Arab yang diduduki, termasuk Al Quds Al-Syarif, Dataran Tinggi Golan, dan Lebanon Selatan.”

Selain itu, kaum Yahudi Israel menganut prinsip ‘’Fives No’’ (Lima Tidak): Satu, tidak akan berhenti membangun permukiman. Dua, tidak ada negara Palestina merdeka sepenuhnya. Tiga, tidak akan menarik diri dari penjajahan ’67 (meliputi Dataran Tinggi Golan di Suriah, penjajahan Lebanon Selatan, dan sebagian wilayah di Jordania). Empat, tidak menyerahkan Quds (Quds ibu kota abadi Israel). Lima, tidak ada pengembalian pengungsi Palestina ke Israel (lebih dari 4 juta warga Palestina terlunta menjadi pengungsi). Lima prinsip ini senantiasa menjadi pegangan setiap PM Israel.

Menyusul agresi Israel ke Gaza pada 2009, Dr Qaradhawi kembali menyeru agar kaum muslimin tidak membiarkan kebrutalan Negara Yahudi. Ulama ini menyerukan jihad untuk menghentikan Israel.

Syeikh Al Azhar Kairo yang biasanya lunak, bahkan sampai kesimpulan bahwa Israel memang hanya dapat dihadapi dengan bahasa senjata. Buktinya, segala model ‘’jalan damai’’ buat Israel dan Palestina, akhirnya memang omong kosong belaka. Sejak Perjanjian Camp David I (1978), Perjanjian Oslo atau Deklarasi Prinsip-prinsip (13 September 1993), Implementasi Kesepakatan Oslo (4 Mei 1994), Perjanjian Wye River (24 Oktober 1998), Kesepakatan Wye River II (5 September 1999), Dokumen Stockholm (Juni 2000), KTT Camp David II (11-25 Juli 2000), sampai ‘’Peta Jalan Damai’’, semuanya berujung pada pembangkangan Israel.
Sunarsip, direktur Center for Indonesia Reform, melalui sebuah artikelnya di Republika, pernah mengemukakan 5 jurus cegah-tangkal masuknya proxy (penguasaan) Yahudi di Indonesia.

Pertama, jangan berikan ‘'tanah'’ kepada kaum Yahudi, meskipun itu hanya sebidang. Tak hanya secara harfiah, tapi juga bermakna konotasi wilayah usaha. Seperti dilakukan Tokoh Zionisme Theodore Herzl yang pada 1896 membujuk Khalifah Turki Sultan Hamid II untuk menjual tanah ke Yahudi. Herzl menjanjikan bantuan keuangan untuk memulihkan kas kesultanan yang sedang kosong melalui para finansir Yahudi. Rayuan Herzl ditolak mentah-mentah oleh Sultan Hamid II.

Pintu kedua, jangan terlibat terlalu jauh dengan gerakan berlabel liberalisasi dan demokratisasi ekonomi. ‘’Sesungguhnya, konsep liberalisasi dan demokratisasi tidak lebih dari sebuah slogan yang diciptakan Yahudi dengan tujuan untuk memudahkan mereka memasuki wilayah suatu negara secara bebas,’’ tulis Sunarsip.

Pintu ketiga, tutup gerak setiap kapitalis Yahudi untuk menguasai sektor perbankan. Presiden AS Thomas Jefferson, pada 1809 mengatakan di Senat AS: "Saya percaya institusi perbankan itu lebih membahayakan kebebasan kita daripada tentara kolonial. Kalau saja rakyat AS sampai mengizinkan bank-bank swasta milik Yahudi menguasai perputaran uang, pertama melalui inflasi, kemudian melalui deflasi, maka bank-bank dan korporasi yang tumbuh di sekitar bank-bank tersebut itulah yang mampu merebut kekayaan rakyat sehingga ketika anak-anak kita bangun di suatu pagi, mereka tidak lagi memiliki harta kekayaan dan rumah-rumah yang dibangun oleh Bapak-bapak pendiri negeri ini."

Pintu keempat, jangan biarkan kaum kapitalis Yahudi menguasai bank sentral. Ia bakal jadi "negara" dalam negara tuan rumah. Seperti dikatakan pendiri dinasti Yahudi Rothschilds, Mayer Amschel Rothschilds (1743-1812): "Berikan kepada saya kesempatan mencetak uang dan mengendalikan keuangan suatu bangsa, maka dengan itu saya tidak akan peduli dengan siapa yang membuat hukum di negeri itu".

Kelima, jangan terjebak utang IMF, yang dikuasai Yahudi. Penelitian yang dilakukan Johnson dan Schaefer (1997) selama tahun 1965-1995 menunjukkan, perekonomian 48 dari 89 negara berkembang yang menerima bantuan IMF tidak menjadi lebih maju.


Rabu, 15 Agustus 2012

Theosofi-Freemason dan Penghinaan Terhadap Islam (Bag. 4-Tamat)


Theosofi-Freemason tidak mempercayai adanya ritual doa kepada Sang Maha Pencipta. Mereka juga tak mempercayai adanya surga dan neraka. Anggota Theosofi yang mengaku muslim, membuat penafsiran ajaran Islam dengan pemahaman yang menyimpang.

Sebagai perkumpulan kebatinan yang meyakini bahwa Tuhan punya banyak nama, dan masing-masing agama hanyalah berbeda dalam memberi nama pada tuhannya, maka penganut Theosofi yang mengaku beragama Islam, menerjemahkan kalimat thayyibah "Laa Ilaaha Illallah" dengan "Tiada Gusti Allah, melainkan Gusti Allah". Terjemah tersebut kemudian dijelaskan, bahwa pengertiannya ada dua macam: Pertama, kita tidak boleh percaya lain rupa kekuasaan atau lain kekuatan melainkan Gusti Allah punya kekuasaan sendiri. Kedua, yaitu yang Gusti Allah menempati badannya manusia. Keterangan mengenai ini ditulis dalam Majalah Pewarta Theosofi Boeat Tanah Hindia Nederland, 1906.

Makna pertama, meskipun seolah terlihat bagus, bahwa kita tidak boleh percaya kepada kekuasaan dan kekuatan selain yang dipunya Gusti Allah, namun Gusti Allah dalam pandangan Theosofi adalah Tuhan yang dimiliki oleh setiap agama-agama, yang merupakan kesatuan batin dalam keyakinan (esoteris). Tuhan dalam keyakinan Theosofi punya banyak nama: God, Yahweh, Sang Hyang, dan lain-lain, yang pada hakikatnya menurut mereka merujuk pada Zat Yang Satu, meskipun namanya berbeda-beda, meskipun agamanya berlainan rupa. Tokoh sekular pendiri Yayasan Paramadina, Nurcholish Madjid pernah membuat sebuah tulisan dengan judul "Satu Tuhan Banyak Jalan".

Terjemahan menyimpang tentang kalimat "Laa Ilaaha Illallah" juga pernah dilakukan oleh mendiang Nurcholish Madjid. Ia menerjemahkan kalimat "Laa Ilaaha Illallah" dengan "Tiada tuhan melainkan Tuhan". Cak Nur yang merupakan lokomotif gerakan sekular di Indonesia ini membagi tuhan (dengan "t" kecil) dengan Tuhan (dengan "T" besar). Terjemahan Cak Nur dianggap mengacu pada terjemahan ala Barat dan Bibel, yang menyebut Tuhan dengan sebutan "god" (dengan "g" kecil) dan "God" (dengan "G" besar). Dalam Kitab Mazmur 109:1, 2 disebutkan "Tuhan telah bersabda kepada tuhanku."

Dalam Islam, kata "Allah" adalah lafzhul jalalah (lafazh yang tinggi dan mulia), yang disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 2679 kali, yang semuanya dalam bentuk singular (mufrad) atau tunggal. Allah dalam keyakinan Islam adalah "al-ma'bud bi haqqin", Zat satu-satunya yang berhak untuk disembah, yang tidak ada bandingan-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya, tidak berbilang dan tidak memiliki nama-nama lain, kecuali Al-Asma' Al-Husna yang merupakan sifat-sifat keagungan-Nya. Kata "Allah" tidak bisa diartikan dengan "Tuhan" sebagaimana kata "al-ilah". (Lihat, Ahmad Husnan, Jangan Terjemahkan Al-Qur'an Menurut Visi Injil dan Orientalis, Jakarta: Media Dakwah, 1987)

Makna kedua dari kalimat "Laa Ilaaha Illallah" ala terjemah Theosofi, yaitu yang Gusti Allah menempati badannya manusia, adalah keyakinan kufur yang mengacu pada paham wihdatul wujud  atau al-hulul. Paham ini pada masa lalu dikenal di Nusantara dengan istilah "manunggaling kawula gusti", yaitu keyakinan bahwa manusia dan Tuhan itu manunggal, sebagaimana keyakinan yang dibawa oleh Syekh Siti Jenar alias Syekh Lemah Abang. Theosofi menyebut manunggalnya manusia dengan Tuhan sebagai pancaran yang disebut dengan istilah "pletik Ilahi (God in being)".

Manusia sejati (ingsun sejati) dalam keyakinan Theosofi adalah manusia yang mengamalkan lelaku batin sehingga bisa manunggal dengan Tuhan. Manusia sejati adalah pancaran dari gambaran Tuhan. Maka Manusia Sejati harus mengamalkan asas-asas Ilahi, yaitu kasih sayang, kebenaran, dan kesatuan hidup. “Dengan mengenal diri kita sendiri, kita akan mengenal Tuhan, Kasunyatan Hidup, Kebenaran. Tuhan itu Hidup, Jalan, Kebenaran, Kasih. Allah kasih meliputi segala-galanya. Allah adalah semua dalam semua. Kita Hidup, bergerak, dan ada di dalam Dia. “ Inilah yang disebut dengan pletik ilahi atau God in being. (PB Perwathin, No. 5, Tahun VIII, Mei 1973). Sang Kasih, menurut Theosofi, menggabungkan semua dalam kesatuan.

Keyakinan soal manunggalnya hamba dengan Tuhan juga diungkapkan tokoh Boedi Oetomo, dokter Soetomo. Dalam buku "Kenang-kenangan Dokter Soetomo" yang dihimpun oleh Paul W van der Veur, disebutkan bahwa Soetomo pernah mengatakan bahwa pemancaran zat Tuhan,"Itulah sebenarnya keyakinan saya. Itulah keyakinan yang mengalir bersama darah dalam segala urat tubuh saya. Sungguh, sesuai-sesuai benar." (hal. 30). Soetomo juga mengatakan, "Aku dan Dia satu dalam hakikat, yakni penjelmaan Tuhan. Aku penjelmaan Tuhan yang sadar…" (hal.31).

Soetomo sebagaimana para penganut kebatinan Theosofi lainnya, tidak melakukan shalat lima waktu selayaknya umat Islam lainnya, melainkan melakukan semedi, meditasi, yoga, dan sebagainya. "Soetomo lebih mementingkan "semedi" untuk mendapat ketenangan hidup, ketimbang sembahyang," tulis Paul W van der Veur (hal.31). Karena cukup hanya dengan semedi, maka para penganut kebatinan juga tidak melakukan ritual doa kepada Sang Maha Kuasa. Bagi mereka semedi yang  melahirkan sikap eling sudah cukup untuk mendekatkan diri pada Tuhan.

Pendiri Theosofi, Helena Petrovna Blavatsky dalam bukunya "Kunci Pembuka Ilmu Theosofi (The Key to Theosophy)" menyatakan bahwa Theosofi tidak percaya dengan doa, dan tidak melakukan doa. Theosofi mempercayai "doa kemauan" yang ditujukan kepada Bapak di sorga dalam artian esoteris, yaitu Tuhan yang tidak ada sangkut pautnya dengan bayangan manusia, atau Tuhan yang menjadi intisari ilahiah yang dimiliki semua agama. Berdoa, kata Blavatsky mengandung dua unsur negatif: Pertama, membunuh sifat percaya diri manusia yang ada dalam diri manusia sendiri. Kedua, mengembangkan sifat mementingkan diri sendiri. (hal.50).

Dalam Islam tentu berbeda, umat Islam dianjurkan untuk berdoa sebagai sarana memohon pertolongan, memohon perlindungan, mengadukan segala persoalan kepada Allah, Rabbul alamin. Berdoa juga wujud dari sikap rendah hati seorang hamba dengan Tuhannya, selain juga sarana untuk berkomunikasi secara intim dengan Sang Maha Pencipta. "Memohonlah kepada-Ku, maka niscaya Aku akan kabulkan permohonanmu…" (QS. Ghafir: 60). Di ayat lain, Allah berfirman,“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah [2]: 153)

Selain tidak menjalankan ritual doa, Theosofi-Freemason juga tidak meyakini adanya dosa dan pahala, surga dan neraka, bahkan tidak mengakui adanya hukum Tuhan. Mereka berkeyakinan adanya hukum "kodrat alam", di mana ganjaran kebaikan dan hukuman bagi kejahatan ditentukan oleh kodrat alam dan hati nurani. Keyakinan Theosofi menyatakan, "Kalau Anda berbuat, maka akan ada orang yang membalas berbuat baik. Kalau Anda berbuat jahat, maka akan ada orang yang membalas kejahatan Anda. That's all, ini saja." Inilah yang disebut dengan "kodrat alam."

Keyakinan ini tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan Islam. Dalam Islam, orang yang berbuat baik, selain dapat balasan dari manusia di dunia, juga akan mendapat balasan pahala dari Allah di akhirat kelak. Begitu juga, jika berbuat jahat, selain mendapat balasan kejahatan di dunia, juga akan mendapatkan dosa di akhirat. Orang Islam yang beriman dan beramal shaleh akan masuk surga, orang-orang yang mengaku Islam namun berbuat kejahatan dan kemusyrikan, apalagi mereka yang di luar Islam atau kafir maka akan mendapatkan balasan di neraka. Inilah hukum Tuhan, karena Islam meyakini ada kehidupan lagi setelah kematian nanti. (Tamat)


Theosofi-Freemason dan Penghinaan Terhadap Islam (Bag. 3)


Para aktivis nasionalis sekular, terutama mereka yang aktif dalam organisasi Theosofi dan Freemason berusaha menjauhkan peran agama, khususnya Islam, dalam sistem pemerintahan. Negara tak perlu diatur oleh agama, cukup dengan nalar dan moral manusia.

Paham kebangsaan yang diusung oleh kelompok nasionalis sekular pada masa lalu di negeri ini adalah ideologi "keramat" yang netral agama
(laa diniyah) dan kerap dibentur-benturkan dengan Islam. Kelompok nasionalis sekular, sebagaimana tercermin dalam pemikiran Soekarno dan para aktivis kebangsaan lainnya yang ada dalam organisasi seperti Boedi Oetomo, adalah mereka yang menolak agama turut campur dalam sistem pemeritahan. Mereka berusaha menjauhkan peran agama, khususnya Islam, dalam sistem berbangsa dan bernegara. Mereka menjadikan Turki sekular di bawah pimpinan Mustafa Kemal At-Taturk sebagai kiblat dalam mengelola pemerintahan.

Kiblat kelompok kebangsaan kepada Turki Sekular tercermin jelas dalam pernyataan tokoh Boedi Oetomo, dr Soetomo yang mengatakan, "Perkembangan yang terjadi di Turki adalah petunjuk jelas, bahwa cita-cita "Pan-Islamisme" telah digantikan oleh nasionalisme." Dengan rasa bangga, saat berpidato dalam Kongres Partai Indonesia Raya (Parindra) pada 1937, Soetomo mengatakan,"Kita harus mengambil contoh dari bangsa-bangsa Jahudi, jang menghidupkan kembali bahasa Ibrani. Sedang bangsa Turki dan Tsjech kembali menghormati bangsanya sendiri."


Tokoh Boedi Oetomo lainnya, dr Tjipto Mangoenkoesomo, juga dengan sinis meminta agar bangsa ini mewaspadai bahaya "Pan-Islamisme", yaitu bahaya persatuan Islam yang membentang di berbagai belahan dunia, dengan sistem dan pemerintahan Islam di bawah khilafah Islamiyah. Pada 1928, Tjipto Mangoenkoesoemo menulis surat kepada Soekarno yang isinya mengingatkan kaum muda untuk berhati-hati akan bahaya Pan-Islamisme yang menjadi agenda tersembunyi Haji Agus Salim dan HOS Tjokroaminoto. Tjipto khawatir, para aktivis Islam yang dituduh memiliki agenda mengobarkan Pan-Islamisme di Nusantara itu bisa menguasai Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Jika mereka berhasil masuk dalam PPKI, kata Tjipto, maka cita-cita kebangsaan akan hancur.


Pernyataan Tjipto Mangoenkoesomo makin memperjelas sikap kalangan pengusung paham kebangsaan atau nasionalis sekular yang berusaha membendung segala upaya dan cita-cita Islam dalam pergerakan nasional dan pemerintahan di negeri ini. Sebelum kemerdekaan, perdebatan soal Islam dan kebangsaan antara kelompok nasionalis sekular yang diwakili oleh Soekarno dan kawan-kawan dengan kelompok Islam yang diwakili A. Hassan, M. Natsir, dan H. Agus Salim begitu menguat ke publik. Berbagai polemik tentang dasar negara menjadi perbincangan terbuka di media massa. Kelompok Islam menginginkan negara yang nantinya merdeka, menjadikan Islam sebagai landasan bernegara. Sementara kelompok nasionalis sekular berusaha memisahkan agama dan pemerintahan. "Manakala agama dipakai buat memerintah masyarakat-masyarakat manusia, ia selalu dipakai sebagai alat penghukum di tangan raja-raja, orang-orang zalim, dan orang-orang tangan besi," kata Soekarno mengutip perkataan Mahmud Essad Bey.


Sarekat Islam, sebagai organisasi pergerakan yang mengusung cita-cita Islam, melalui tokohnya HOS Tjokroaminoto memang menyerukan kepada SI untuk melancarkan gerakan
tandzim guna mengatur kehidupan rakyat di lapangan ekonomi, sosial, budaya, menurut asas-asas Islam. Sedangkan H. Agus Salim, selain menyerukan perlawanan terhadap kapitalisme, juga menyerukan tentang kekhilafahan Islam dan Pan-Islamisme, sehingga berdiri apa yang disebut dengan Central Comite Chilafat. Nasionalisme dalam pengertian Salim adalah memajukan nusa dan bangsa berdasarkan cita-cita Islam.

Mohammad Natsir dalam
Majalah Pembela Islam tahun 1931 menulis bahwa kelompok yang ingin memisahkan agama dari urusan negara adalah kelompok "laa diniyah" (netral agama). Natsir menegaskan, ada perbedaan cita-cita antara kelompok kebangsaan dan para aktivis Islam tentang visi negara merdeka. Natsir menyatakan, kemerdekaan bagi umat Islam adalah untuk kemerdekaan Islam, supaya berlaku peraturan dan undang-undang Islam, untuk keselamatan dan keutamaan umat Islam khususnya, dan untuk semua makhluk Allah umumnya. Natsir menyindir kelompok nasionalis sekular dengan mengatakan, "Pergerakan yang berdasarkan kebangsaan tidak akan ambil pusing, apakah penduduk muslimin Indonesia yang banyaknya kurang lebih 85% dari penduduk yang ada, menjadi murtad, bertukar agama. Kristen boleh, Theosofi bagus, Budha masa bodoh."

Sementara kelompok kebangsaan, terutama mereka yang aktif dalam organisasi Theosofi dan Freemason, mengampanyekan bahwa nasionalisme yang dibangun di negeri ini harus sesuai dengan doktrin humanisme, di mana manusia berhak menentukan hukum buatan sendiri yang bertujuan untuk mengabdi kepada kemanusiaan, tanpa campur tangan agama manapun. Van Mook, tokoh Freemason di Hindia Belanda ketika itu, dalam sebuah pidato di Loge Mataram, Yogyakarta, tahun 1924, mengatakan, "Freemasonry membimbing nasionalisme menuju cita-cita luhur dari humanitas."


Paham humanisme yang dibawa oleh elit-elit kolonial, teruatama mereka yang aktif sebagai anggota Theosofi dan Freemason inilah yang kemudian "ditularkan" kepada "anak-anak didik" para priyai dan elit Jawa yang menjadi abdi kompeni. Mereka mengampanyekan soal kesamaan semua agama-agama, tidak percaya dengan hukum Tuhan dan mempercayai kodrat alam, dan tentu saja sebagaimana trend imperialisme negara-negara Eropa ketika itu, adalah mengampanyekan bahaya "Pan-Islamisme", semangat solidaritas Islam dunia untuk membangun sebuah pemerintahan.


Karena itu, untuk membendung Pan-Islamisme di Nusantara, apalagi ketika itu banyak tokoh-tokoh Islam yang pulang dari haji dan menimba ilmu di Makkah juga menyuarakan Pan-Islamisme, maka pemerintah kolonial membentuk basis-basis tandingan dengan mendukung berdirinya organisasi-organisasi kebangsaan seperti Boedi Oetomo, Jong Java, dan lain sebagainya. Selain itu, mereka juga merangkul para priyai sebagai kepanjangan tangan pemerintah kolonial, memberi keluasan bagi anak-anak keturunan mereka untuk bersekolah di negeri Belanda, dan mendirikan pendidikan-pendidikan netral
(neutrale onderwijs), yang berbasis pada pembentukan karakter manusia dengan berpedoman pada hukum kodrat alam.

Tak sedikit dari para elit dan priyai Jawa ketika itu, baik yang aktif dalam organisasi kebangsaan ataupun mereka yang menjabat sebagai residen, asisten residen, wedana, dan sebagainya yang masuk dalam organisasi Theosofi dan Freemason. Bahkan, tak sedikit juga dari mereka yang masuk sebagai anggota Rotary Club, sebuah lembaga kemanusiaan yang dibentuk oleh Zionisme Internasional. Pelecehan demi pelecehan terhadap Islam dilakukan oleh para pengusung kebangsaan, seperti pernyataan bahwa ke Boven Digul lebih baik daripada ke Makkah, pergi haji adalah upaya menimbun modal nasional untuk kepentingan asing, Islam adalah agama impor yang berusaha menjajah tanah Jawa, dan sebagainya. (Bersambung)


Senin, 13 Agustus 2012

Theosofi-Freemason dan Penghinaan Terhadap Islam (Bag. 2)


Organisasi kepemudaan yang bercorak kebatinan Jawa pada masa lalu juga tak lepas dari pengaruh Theosofi-Freemason. Sejarah mencatat, organisasi kepemudaan ini disusupi kepentingan yang berusaha menyingkirkan Islam.

Dalam catatan sejarah, keluarnya Syamsuridjal dari keanggotaan Jong Java (Perkumpulan Pemuda Jawa) dan kemudian mendirikan Jong Islamietend Bond (JIB/ Perhimpunan Pemuda Islam) adalah karena organisasi Jong Java menolak untuk mengadakan kuliah atau pengajaran keislaman bagi anggotanya yang beragama Islam dalam organisasi ini. Sementara, agama Katolik dan Theosofi justru mendapat tempat untuk diajarkan dalam pertemuan-pertemuan Jong Java. Pada masa lalu, Jong Java adalah organisasi yang berada dalam pengaruh kebatinan Theosofi.

Sosok yang dianggap berpengaruh dalam menyingkirkan Islam dari organisasi Jong Java adalah Hendrik Kraemer, utusan Perkumpulan Bibel Belanda yang diangkat menjadi penasihat Jong Java. Sejarawan Karel Steenbrink dalam "Kawan dalam Pertikaian:Kaum Kolonial Belanda Islam di Indonesia 1596-1942" menulis bahwa Kraemer adalah misionaris Ordo Jesuit yang aktif memberikan kuliah Theosofi dan ajaran Katolik kepada anggota Jong Java. Di organisasi pemuda inilah, Kraemer masuk untuk menihilkan ajaran-ajaran Islam. (Lihat, Karel Steenbrink, hal.162-163)

Selain Syamsuridjal, permintaan agar Islam diajarkan dalam pengajaran di Jong Java juga disuarakan Kasman Singodimedjo. Kasman bahkan mengusulkan agar Jong Java menggunakan asas Islam dalam pergerakan dan menjadi pionir bagi organisasi-organisasi pemuda lain, seperti Jong Sumatrenan, Jong Celebes, dan Pemuda Kaum Betawi. Kasman beralasan, Islam adalah agama mayoritas di Nusantara, dan mampu menyelesaikan segala sengketa dalam organisasi-organisasi yang saat itu banyak terpecah belah. Karena tak disetujui, maka pada 1 Januari 1925, para pemuda Islam mendirikan Jong Islamietend Bond (JIB/Perkumpulan Pemuda Islam) di Jakarta. Dengan menggunakan kata "Islam", JIB jelas ingin menghapus sekat-sekat kedaerahan dan kesukuan, dan mengikat dalam tali Islam.

Dalam statuten JIB dijelaskan tentang asas dan tujuan perkumpulan ini: Pertama, mempelajari agama Islam dan menganjurkan agar ajaran-ajarannya diamalkan. Kedua, menumbuhkan simpati terhadap Islam dan pengikutnya, disamping toleransi yang positif terhadap orang-orang yang berlainan agama. Dalam kongres pertama JIB, Syamsuridjal dengan tegas menyatakan, "Berjuang untuk Islam, itulah jiwa organisasi kita."

Untuk mengkonter pelecehan-pelecehan terhadap Islam, para pemuda Islam yang tergabung dalam JIB kemudian mendirikan Majalah Het Licht yang berarti cahaya (An-Nur). Majalah ini dengan tegas memposisikan dirinya sebagai media yang berusaha menangkal upaya dari kelompok di luar Islam yang ingin memadamkan cahaya Allah, sebagaimana yang pernah mereka rasakan saat masih berada di Jong Java. Motto Majalah Het Licht yang tercantum dalam sampul depan majalah ini dengan tegas merujuk pada Surah At-Taubah ayat 32: "Mereka berusaha memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai."

JIB dengan tegas juga mengkonter pelecehan terhadap Islam, sebagaimana dilakukan oleh Majalah Bangoen, majalah yang dipimpin oleh aktifis Theosofi, Siti Soemandari. Majalah Bangoen yang dibiayai oleh organisasi Freemason pada edisi 9-10 tahun 1937 memuat artikel-artikel yang menghina istri-istri Rasulullah. Penghinaan itu kemudian disambut oleh para aktivis JIB dan umat Islam lainnya dengan menggelar rapat akbar di Batavia.

Sebelumnya, pada 1926, dua tahun sebelum peristiwa Sumpah Pemuda, para aktivis muda yang berasal dari Jong Theosofen (Pemuda Theosofi) dan Jong Vrijmetselaarij (Pemuda Freemason) sibuk mengadakan pertemuan-pertemuan kepemudaan. Pada tahun yang sama, mereka berusaha mengadakan kongres pemuda di Batavia yang ditolak oleh JIB, karena kongres ini didanai oleh organisasi Freemason dan diadakan di Loge Broderketen, Batavia. Alasan penolakan JIB, dikhawatirkan kongres ini disusupi oleh kepentingan-kepentingan yang berusaha menyingkirkan Islam. Apalagi, Tabrani, penggagas kongres ini adalah anggota Freemason dan pernah mendapat beasiswa dari Dienaren van Indie (Abdi Hindia), sebuah lembaga beasiswa yang dikelola aktivis Theosofi-Freemason.

Pada tahun 1922, sebagaimana ditulis oleh A.D El Marzededeq dalam "Jaringan Gelap Freemasonry: Sejarah dan Perkembangannya Hingga ke Indonesia" disebutkan bahwa di Loge Broderketen, Batavia, juga pernah terjadi aksi pelecehan terhadap Islam oleh salah seorang aktivis Freemason yang memberikan pidato pada saat itu dengan mengatakan, "Islam menurut mereka itu merupakan paduan kultur Arab, Yudaisme, dan Kristen. Indonesia mempunyai kultur sendiri, dan kultur Arab tidak lebih tinggi dari Indonesia. (Bersambung)


Kamis, 02 Agustus 2012

Theosofi-Freemason dan Penghinaan Terhadap Islam (Bag. 1)


Selain ajaran Theosofi yang merusak akidah Islam, para aktivis Theosofi di Indonesia pada masa lalu banyak terlibat dalam berbagai aksi pelecehan terhadap ajaran Islam. Ironisnya, mereka adalah orang-orang yang disebut dalam buku-buku sejarah sebagai tokoh-tokoh nasional.

Dalam buku “Sejarah Indonesia Modern”, sejarawan MC Ricklef menyatakan, Theosofi di Indonesia pada masa lalu banyak terlibat dalam berbagai aksi pelecehan terhadap Islam. Bukan hanya ajarannya yang banyak berseberangan dengan akidah Islam sebagaimana banyak dipaparkan oleh penulis pada tulisan beberapa edisi lalu, namun juga para aktivis Theosofi yang merupakan elit-elit nasional pada masa lalu, juga banyak melakukan pelecehan terhadap Islam. Para aktivis Theosofi yang umumnya elit Jawa penganut kebatinan, menganggap Islam sebagai agama impor yang tidak sesuai dengan kebudayaan dan jati diri bangsa Jawa.

A.D El Marzededeq, peneliti jaringan Freemason di Indonesia dan penulis buku “Freemasonry Yahudi Melanda Dunia Islam” menyatakan tentang gambaran elit Jawa dalam kelompok Theosofi dan Freemasonry pada masa lalu. Marzededeq menulis, “Perkumpulan kebatinan di Jawa yang berpangkal dari paham Syekh Siti Jenar makin mendukung keberadaan Vrijmetselarij (Freemason). Para elit Jawa yang menganut paham wihdatul wujud (menyatunya manusia dengan Tuhan, red) yang dibawa oleh Syekh Siti Jenar, kemudian banyak yang menjadi anggota Theosofi-Freemasonry, baik secara murni ataupun mencampuradukkannya dengan kebatinan Jawa…” (hal.8)

Para elit Jawa dan tokoh-tokoh kebangsaan yang tergabung sebagai anggota Theosofi-Freemason di Indonesia pada masa lalu kerap kali berada di balik berbagai pelecehan terhadap Islam. Misalnya, mereka menyebut ke Boven Digul lebih baik daripada ke Makkah, mencela syariat poligami, dan menyebut agama Jawa (Gomojowo) atau Kejawen lebih baik daripada Islam. Penghinaan-penghinaan tersebut dilakukan secara sadar melalui tulisan-tulisan di media massa dan ceramah-ceramah di perkumpulan mereka. Penghinaan-penghinaan itu makin meruncing, ketika para anggota Theosofi-Freemason yang aktif dalam organisasi Boedi Oetomo, berseteru dengan aktivis Sarekat Islam.

Pada sebuah rapat Gubernemen Boemipoetra tahun 1913, Radjiman Wediodiningrat, anggota Theosofi-Freemason, menyampaikan pidato berjudul “Een Studie Omtrent de S.I (Sebuah Studi tentang Sarekat Islam)” yang menghina anggota SI sebagai orang rendahan, kurang berpendidikan, dan mengedepankan emosional dengan bergabung dalam organisasi Sarekat Islam. Radjiman dengan bangga mengatakan, bakat dan kemampuan orang Jawa yang ada pada para aktivis Boedi Oetomo lebih unggul ketimbang ajaran Islam yang dianut oleh para aktivis Sarekat Islam. Pada kongres Boedi Oetomo tahun 1917, ketika umat Islam yang aktif di Boedi Oetomo meminta agar organisasi ini memperhatikan aspirasi umat Islam, Radjiman dengan tegas menolaknya. Radjiman mengatakan, “Sama sekali tidak bisa dipastikan bahwa orang Jawa di Jawa Tengah sungguh-sungguh dan sepenuhnya menganut agama Islam.”

Anggota Theosofi lainnya yang juga aktivis Boedi Oetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, juga melontarkan pernyataan yang melecehkan Islam. Adik dari dr. Tjipto Mangoekoesomo ini mengatakan, “Dalam banyak hal, agama Islam bahkan kurang akrab dan kurang ramah hingga sering nampak bermusuhan dengan tabiat kebiasaan kita. Pertama-tama ini terbukti dari larangan untuk menyalin Qur’an ke dalam bahasa Jawa. Rakyat Jawa biasa sekali mungkin memandang itu biasa. Tetapi seorang nasionalis yang berpikir, merasakan hal itu sebagai hinaan yang sangat rendah. Apakah bahasa kita yang indah itu kurang patut, terlalu profan untuk menyampaikan pesan Nabi?”

Goenawan Mangoenkoesomo adalah diantara tokoh nasional yang hadir dalam pertemuan di Loji Theosofi Belanda pada 1918, selain Ki Hadjar Dewantara, dalam rangka memperingati 10 tahun berdirinya Boedi Oetomo. Apa yang ditulis Goenawan di atas dikutip dari buku Soembangsih Gedenkboek Boedi Oetomo 1908-Mei 1918 yang diterbitkan di Amsterdam, Belanda. Dalam buku yang sama, masih dengan nada melecehkan, Goenawan menulis, “Jika kita berlutut dan bersembahyang, maka bahasa yang boleh dipakai adalah bahasanya bangsa Arab…” (Bersambung)


Sabtu, 14 Juli 2012

KISPA Serahkan Bantuan Untuk Rakyat Palestina

http://suara-islam.com/images/berita/kispa-logo.jpg

Pada misi kemanusiaan untuk pengungsi rakyat Suriah di Antakya, Turki,  KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina) tidak lupa misi utamanya yaitu membantu rakyat Palestina agar bebas dari penjajahan.

Diatara bentuk nyata bantuan tersebut adalah dengan memberikan dana. “Dana yang kami berikan berasal dari rakyat Indonesia yang diamanahkan ke KISPA”, kata Ketua KISPA, Ferry Nur.

Dana yang terkumpul dari rakyat Indonesia dan diberikan langsung kepada koordinator Al Sarra’a Organization for Human Relief  atau lebih dikenal dengan Al Sarraa Foundation berjumlah USD 23.315 atau senilai dengan Rp. 221.609.075 (dengan kurs Rp. 9.505).

Koordinator Al Sarraa Foundation mengucapkan terima kasih kepada rakyat Indonesia, khususnya mereka yang telah membantu rakyat Palestina. “KISPA punya kebijakan, bahwa semua dana yang diamanahkan untuk rakyat Palestina, semuanya diberikan untuk rakyat Palestina, tanpa kita potong walaupun satu Rupiah”,  tegas Ferry Nur.

“Saya atas nama pribadi dan KISPA, juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah memberikan kepercayaannya kepada KISPA untuk selanjutnya menyampaikan bantuan bagi rakyat Palestina," lanjut Ferry Nur, relawan yang pernah ikut misi ke Gaza dengan kapal Mavimarmara.

Bagi yang ingin membantu rakyat Palestina, apalagi akan memasuki bulan Ramadhan, silahkan berikan rizki terbaiknya ke Rekening: Infaq Peduli Al Aqsha: Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang SLIPI, No. Rek. 311.01856.22 an Nurdin QQ. KISPA.

Dari Istanbul, negeri yang pernah dibebaskan oleh Muhammad Al Fatih dari Romawi,  Relawan Kemanusiaan KISPA mengharapkan doa, semoga misi kemanusiaan membantu pengungsi rakyat Suriah  berhasil dan mendapat berkah dari Allah.


Rabu, 20 Juni 2012

Terkutuk! Warga Israel Bakar Masjid di Tepi Barat

 http://suara-islam.com/images/berita/bakar%20masjid%20oleh%20israel.jpg

Sebuah masjid yang terletak di desa Kfar Jaba', Tepi Barat, Palestina, dibakar oleh sekelompok warga Israel yang bermukim di tanah warga Palestina pada selasa (19/6/2012) dini hari. Sebelum membakar masjid, mereka mencoret-coret dinding masjid dengan grafiti "Anti Palestina" dan "Anti Islam". Akibat tindakan biadab itu, dinding bagian dalam masjid dan karpet sepanjang tiga meter hangus terbakar.

Menurut salah seorang saksi mata, masjid dibakar pada pukul satu malam waktu setempat. "Sekitar pukul satu malam kami mendengar teriakan warga dan menyadari masjid telah terbakar. Tiga ratusan orang terbangun dan berusaha memadamkannya. Setelah itu kami melihat tulisan rasis. Ini benar-benar ketidakadilan besar di dunia," ujar walikota Abdul Karim Sharaf.

Salah satu penduduk Jaba, Sheikh Datoun kepada radio Israel mengatakan, terlihat sejumlah orang masuk ke masjid. Mereka memecahkan jendela dan melempar korek api yang memicu terjadinya kebakaran.

Aksi pembakaran tersebut juga menyulut kemarahan serikat-serikat buruh Yordania. ""Entitas Zionis bertanggung jawab atas pembakaran teroris di masjid ini," kata kepala dewan serikat buruh Yordania dalam satu pernyataan, Selasa (19/6/2012).

Dewan juga menyerukan kepada PBB, masyarakat internasional dan Liga Arab untuk mengutuk serangan itu dan mengerahkan upaya untuk mencegah serangan-serangan seperti itu di masa depan, serta menekankan bahwa mendiamkan serangan tersebut berarti mendorong pemukim Yahudi Israel radikal untuk mengulang perbuatan mereka.

Warga Israel yang melakukan aksi pembakaran masjid adalah pemukim ilegal di tanah Palestina tersebut. Wilayah itu adalah wilayah Palestina yang direbut dan diduduki oleh Israel sejak Perang 1967.

Palestina menginginkan pembangunan permukiman untuk orang-orang Yahudi dihentikan sebelum kedua pihak, Palestina dan Israel melanjutkan perundingan langsung secara damai, namun Israel mengabaikan seruan tersebut dan bahkan masih terus membangun permukiman-permukiman untuk warganya.

Warga Palestina mengkhawatirkan pemukiman Israel yang dibangun di tanah rampasan perang 1967 berdampak pada kedaulatan negara Palestina. Sebab, pemukiman Israel tersebut dianggap ilegal oleh Mahkamah Internasional.


Sabtu, 16 Juni 2012

Simbol Zionis Dalam Tugu Monas (Monumen Nasional)


Monas Ternyata Lambang Suci Luciferian dan Freemason
Bagi warga negara Indonesia dan warga Jakarta khususnya, Monumen Nasional yang lazim disebut Tugu Monas sudah  tidak asing lagi. Berada tepat di jantung ibukota negara dan pemerintahan Republik Indonesia, Tugu Monas menjulang tinggi mengalahkan kemegahan bangunan-bangunan di sekelilingnya.

Menurut sejarahnya, bangunan setinggi 128,70 meter ini dibangun pada era Presiden Sukarno, tepatnya tahun 1961. Awalnya, sayembara digelar oleh Sukarno untuk mencari lambing yang paling bagus sebagai ikon ibukota negara. Sang Presiden akhirnya jatuh hati pada konsep Obelisk yang dirancang oleh Friederich Silaban. Namun saat pembangunannya, Sukarno merasa kurang sreg dan kemudian menggantinya dengan arsitek Jawa bernama Raden Mas Soedarsono. Sukarno yang seorang insinyur mendiktekan gagasannya kepada Soedarsono hingga jadilah Tugu Monas seperti yang dapat kita saksikan saat ini. 

Proyek mercusuar pembangunan Monumen Nasional tersebut sesungguhnya dilakukan saat kondisi keuangan negara dalam masa kritis yang sangat hebat. Pada saat itu, Sukarno juga tengah mengerjakan proyek lainnya yang mungkin dianggap lebih ‘mulia’, yakni pembangunan Masjid Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara. Dihadapkan pada pilihan sulit, akhirnya Sukarno lebih memilih merampungkan proyek Tugu Monas daripada rumah Allah tadi. Uniknya, kedua proyek besar tersebut selesai saat Presiden Sukarno sudah tidak berkuasa lagi pasca pemberontakan G 30 S PKI.

Sukarno yang terkenal flamboyan saat itu lebih memilih Monas karena merupakan simbol phallus raksasa. Tidak aneh jika simbol ibukota negaranya adalah simbol kejantanan seorang pria (phallus). Sukarno adalah seorang visioner yang tidak tanggung-tanggung dan berpandangan jauh ke depan. Dia tidak membiarkan pembangunan phallus/lingga sendirian. Saat bersamaan, dia juga memerintahkan pembangunan ‘pasangannya’, yakni Yoni sebagai simbol perempuan, tepat di atas Monas. Jadilah Monas seperti yang terlihat sekarang, sebuah bangunan lambing penyatuan Lingga dan Yoni, simbol laki-laki dan perempuan.

Menurut penuturan Dan Brown dalam novel fenomenalnya, penyatuan Lingga dan Yoni merupakan ritus purba seksual, Persetubuhan Suci (The Sacred Sextum). Ini adalah ritual tertinggi bagi kelompok-kelompok penganut Luciferian (penyembah setan) seperti halnya Ksatria Templar dan Freemasonry.
Monas adalah The Sacred Sextum
Tugu Monas hanyalah salah satu dari obelisk-obelisk lain yang tersebar di pusat-pusat kota seluruh dunia. Obelisk tertua berasal dari kebudayaan Mesir Kuno, simbol menjulang menuju dewa tertinggi bangsa pagan purba (dan modern). Selain Kairo dan Jakarta, obelisk asli Mesir dapat kita saksikan di ibukota penguasa dunia saat ini, Washington DC Amerika Serikat. Lokasinya tepat di depan Capitol Hill tempat presiden-presiden Amerika terpilih mengucapkan sumpahnya secara turun-temurun. Obelisk atau phallus juga bisa kita jumpai tepat di tengah lapangan Basilika Santo Petrus, Vatican City, negara tempat pemimpin umat Katholik Roma sejagat raya. Phallus modern juga dapat berupa obelisk baja yang menjulang di tengah-tengah ibukota Perancis, Paris berupa Menara Eiffel.

Obelisk adalah simbol kejantanan, kekuatan, dan kekuasaan
Jika kita cermati bersama, keberadaan Tugu Monas di jantung ibukota negara Republik Indonesia adalah sebuah ejekan tak kentara terhadap sila pertama Pancasila. Monas adalah lambang Persetubuhan Suci yang dilakukan tanpa malu-malu di sekeliling rumah Tuhan. Dia mengejek Gereja Imanuel, dia mengejek Gereja Katedral, dan dia juga mengejek Masjid Istiqlal. Terhadap rumah Tuhan-rumah Tuhan yang mengelilinginya, Monas seakan mencibir, “Lihatlah aku, aku lebih tinggi dan lebih megah ketimbang kalian, dan yang pasti pengikutku lebih banyak dari penghuni kalian, hahahaha…”

Dan memang ada benarnya, Monas adalah simbol dari tabiat bangsa ini dari waktu ke waktu yang semakin tidak memiliki rasa malu. Di bawah naungannya, di antara rindangnya pepohonan dan rimbunnya semak-semak di sekitarnya, tidak siang tidak malam, banyak manusia yang melakukan ritus purba seperti yang ditunjukkan penyatuan Lingga dan Yoni, Monas. Kebanyakan pelakunya adalah muda-mudi yang tidak tahu diri dan tidak memiliki harga diri lagi.

Dan, rahasia Tugu Monas yang barangkali tidak dapat kita rasakan hingga saat ini adalah bentuk piramida silang Monas jika dilihat dari udara.

Sebelum adanya aplikasi Google Earth, tak banyak manusia yang dapat menyaksikan simbol pagan masyarakat purba (dan modern) dengan seksama seperti saat ini. Sebagai perbandingan, arahkan kursor peta Google Earth tepat di atas Piramida Giza di Kairo, Mesir. Kemudian alihkan kursor ke kota Jakarta tepat di atas komplek Tugu Monas. Jika silang Monas yang tampak dari atas tersebut kita anggap sebagai sisi-sisi piramida dan Tugu Monas yang berada tepat di tengahnya sebagai puncak piramida, terlihat ada kesamaan bentuk dan konsep antara Piramida Giza di Mesir dan ‘Piramida Monas’ di Indonesia.