Kamis, 25 Oktober 2012

Warga Gaza Kembali Berguguran


Dua pria tewas dan dua lainnya luka parah dalam serangan udara Israel di Gaza tengah pada Minggu sore kemarin (14/10), kata petugas medis.

Pesawat-pesawat tempur Israel meluncurkan serangan mematikan ke arah kendaraan truk-truk di Deir al-Balah, kata juru bicara kementerian kesehatan Gaza Ashraf al-Qidra kepada Ma’an.

Ia mengatakan korban semua dievakuasi ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah, petugas medis mengidentifikasi korban sebagai Addin Izz Abu Nuseira 23-tahun dan Ahmad Abu Fatayir 22-tahun yang meninggal karena luka-lukanya setelah tiba di rumah sakit.

Tentara Israel mengatakan mereka menargetkan “skuad teroris” yang baru saja menembakkan roket dari Jalur Gaza tengah ke Israel, menambahkan bahwa serangan itu dikonfirmasi.

Kedua korban membawa korban tewas akibat serangan udara Israel di Gaza menjadi 5 orang dalam waktu 24 jam.

Sebelumnya Yasser al-Atakal, 24, tewas dalam serangan udara pada hari Minggu pagi saat ia mengendarai sepeda motornya di timur dari Khan Younis, dan seorang lainnya terluka parah.

Seorang jurubicara militer Israel mengatakan, para pria yang mereka serang bersiap-siap untuk menembakkan roket ke Israel.

Pada Sabtu malam lalu, Israel menewaskan dua petinggi Salafi Jihadi dalam serangan serupa di kota utara Jabalia.

Para korban diidentifikasi sebagai Hisyam Al-Saedni dan Ashraf al-Sabah, sementara anak laki-laki 10 tahun yang kebetulan lewat daerah itu juga ikut terluka, kata seorang koresponden Ma’an.


Jumat, 12 Oktober 2012

George Soros Di Belakang Bos Media Harry Tanoe?



Siapa tak kenal George Soros, miliarder Yahudi berkebangsaan Amerika yang pernah mengantar Indonesia bersama sejumlah negara lainnya ke lembah kelam bernama krisis moneter, 1997-1998 silam. Indonesia dibuatnya porak-poranda, yang hingga kini jelas masih terasa. Soros dikenal memiliki kemampuan tinggi dalam berspekulasi di bidang perdagangan mata uang.

Bahkan, pada 1982, dalam waktu singkat Soros berhasil meraup keuntungan 1,2 miliar dolar dalam perdagangan mata uang Poundsterling. Akibatnya, sebagian perekonomian Inggris hancur. Ia pun dijuluki sebagai “Pria Yang Menghancurkan Pound” (The Man Who Broke the Pound).

Siapa pula tak mengenal Hary Tanoesudibyo, seorang bos media yang saat ini sedang mencoba peruntungan politik di Partai NasDem. Pria yang akrab disapa HT ini juga dikenal ulung mengelola keuangan. Kendati umurnya masih relatif muda, ia sudah mampu menguasai berbagai sektor penting, utamanya industri media.

Lantas, bagaimana keduanya bisa sehebat itu? Benarkah ada hubungan khusus di antara keduanya? Benarkah HT sengaja dipakai Soros untuk menguasai perekonomian Indonesia?

Info beredar, keduanya memang telah lama menjalin persahabatan. Salah satu indikasi persahabatan itu, Soros punya 15 persen saham di PT Bhakti Investama, milik HT. Perusahaan ini beberapa waktu lalu pernah terseret kasus penyuapan yang diungkap KPK.

Soros juga disebut-sebut berkaitan erat dengan skandal Bank Century. Itu karena Soros memiliki 19 persen saham di Bank CIC, cikal bakal merger Bank Century. Dengan cerdas, Soros lalu merampok kas Indonesia di pasar modal Indonesia.

Itu dia lakukan melalui Bank CIC, Bank Pikko, dan Bank Danpac disatukan menjadi Bank Century. Caranya, Bank CIC melakukan transaksi surat-surat berharga (SSB) fiktif senilai 25 juta dolar AS yang melibatkan Chinkara. Pada 2003, Bank CIC memiliki surat berharga dalam valuta asing sekitar Rp 2 triliun dan US Treasury Strips senilai 185,36 juta dolar AS.

Selanjutnya, Bank Indonesia pada 2004 menyetujui proses merger Bank Pikko dan Bank Danpac ke dalam Bank Century. Robert Tantular menjadi pemegang saham Bank Century bersama Alwarraq Hesyam Talaat dan Rafat Ali Rizvi tanpa fit and proper test sebagai bankir. Paska merger tersebut, Soros dikabarkan lebih banyak berperan di belakang layar, karena Bank Century dianggap sudah mampu dikendalikan Robert Tantular.

Kiprah Soros lainnya adalah pernah terlibat dalam proses tender saham yang dimiliki pemerintah di PT Astra International Tbk. Soros menyusup ke Astra melalui PT Bhakti Investama yang sahamnya dimiliki Quantum Fund, induk perusahaan milik Soros. Nilai investasi Soros saat itu diperkirakan sekitar Rp 203,5 miliar.

Dalam berbagai kebijakan HT, kuat dugaan ada Soros yang setia melindunginya dari belakang layar. Termasuk ketika HT membeli saham Bentoel, SCTV, Astra Internasional, dan PT Artha Graha Investama Sentral (AGIS). Soros memberikan konsultasi agar HT fokus pada bisnis media cetak dan televisi. Alasannya, prospek bisnisnya cukup besar.

Atas saran Soros, HT lantas melepas saham SCTV dan membeli RCTI dari Bimantara, kemudian memborong saham TPI (sekarang MNC TV) dan Global TV. Saham HT lalu melebar ke Music Televisi Indonesia , radio Trijaya dan ARH, Harian Seputar Indonesia dan Tabloid Gennie; Majalah Trust (sekarang Majalah Sindo). Konsep yang ditawarkan Soros adalah dengan menguasai industri media, maka bisnis lain akan terbantu. Termasuk mampu menembus dunia politik. Usai meraup keuntungan dari industri media, Soros-HT lalu membidik pasar telekomunikasi dengan layanan seluler Fren.

Lihat saja, dua presenter Indonesia yakni Rosianna Silalahi (SCTV) dan Putra Nababan (RCTI) pernah mewawancarai dua presiden AS. Rosianna untuk Presiden Bush, sementara Putra untuk Presiden Obama. Ditengarai, keberhasilan dua presenter itu juga tidak terlepas dari jasa Soros.

Sejak awal, HT memang sudah dipersiapkan Yahudi AS untuk menguasai Indonesia. Hal itu ia peroleh saat masih kuliah di Ottawa University, Kanada. Saat itu, HT sudah berpengalaman bermain saham di bursa Toronto.

Soal terjunnya HT ke dunia politik tentu saja bukan karena kebetulan. Meski harus diakui, langkah HT tersebut mendapat perlawanan ‘kecil’ dari kaum nasionalis. Bukan kebetulan juga ketika HT menjanjikan modal Rp 5 miliar bagi kader NasDem yang ingin bertarung di Pemilu Legislatif 2014 nanti.

Kepiawaian HT menggoreng pundi-pundi Keluarga Cendana (Titik Prabowo dan Bambang Soeharto) melalui PT Bhakti Investama juga berasal dari Soros. Kesimpulannya, Soros-HT memang memiliki kisah yang mirip. Atau boleh disebut, HT adalah anak didik sang miliarder Soros. Benarkah?