Rabu, 20 Juni 2012

Terkutuk! Warga Israel Bakar Masjid di Tepi Barat

 http://suara-islam.com/images/berita/bakar%20masjid%20oleh%20israel.jpg

Sebuah masjid yang terletak di desa Kfar Jaba', Tepi Barat, Palestina, dibakar oleh sekelompok warga Israel yang bermukim di tanah warga Palestina pada selasa (19/6/2012) dini hari. Sebelum membakar masjid, mereka mencoret-coret dinding masjid dengan grafiti "Anti Palestina" dan "Anti Islam". Akibat tindakan biadab itu, dinding bagian dalam masjid dan karpet sepanjang tiga meter hangus terbakar.

Menurut salah seorang saksi mata, masjid dibakar pada pukul satu malam waktu setempat. "Sekitar pukul satu malam kami mendengar teriakan warga dan menyadari masjid telah terbakar. Tiga ratusan orang terbangun dan berusaha memadamkannya. Setelah itu kami melihat tulisan rasis. Ini benar-benar ketidakadilan besar di dunia," ujar walikota Abdul Karim Sharaf.

Salah satu penduduk Jaba, Sheikh Datoun kepada radio Israel mengatakan, terlihat sejumlah orang masuk ke masjid. Mereka memecahkan jendela dan melempar korek api yang memicu terjadinya kebakaran.

Aksi pembakaran tersebut juga menyulut kemarahan serikat-serikat buruh Yordania. ""Entitas Zionis bertanggung jawab atas pembakaran teroris di masjid ini," kata kepala dewan serikat buruh Yordania dalam satu pernyataan, Selasa (19/6/2012).

Dewan juga menyerukan kepada PBB, masyarakat internasional dan Liga Arab untuk mengutuk serangan itu dan mengerahkan upaya untuk mencegah serangan-serangan seperti itu di masa depan, serta menekankan bahwa mendiamkan serangan tersebut berarti mendorong pemukim Yahudi Israel radikal untuk mengulang perbuatan mereka.

Warga Israel yang melakukan aksi pembakaran masjid adalah pemukim ilegal di tanah Palestina tersebut. Wilayah itu adalah wilayah Palestina yang direbut dan diduduki oleh Israel sejak Perang 1967.

Palestina menginginkan pembangunan permukiman untuk orang-orang Yahudi dihentikan sebelum kedua pihak, Palestina dan Israel melanjutkan perundingan langsung secara damai, namun Israel mengabaikan seruan tersebut dan bahkan masih terus membangun permukiman-permukiman untuk warganya.

Warga Palestina mengkhawatirkan pemukiman Israel yang dibangun di tanah rampasan perang 1967 berdampak pada kedaulatan negara Palestina. Sebab, pemukiman Israel tersebut dianggap ilegal oleh Mahkamah Internasional.


Sabtu, 16 Juni 2012

Simbol Zionis Dalam Tugu Monas (Monumen Nasional)


Monas Ternyata Lambang Suci Luciferian dan Freemason
Bagi warga negara Indonesia dan warga Jakarta khususnya, Monumen Nasional yang lazim disebut Tugu Monas sudah  tidak asing lagi. Berada tepat di jantung ibukota negara dan pemerintahan Republik Indonesia, Tugu Monas menjulang tinggi mengalahkan kemegahan bangunan-bangunan di sekelilingnya.

Menurut sejarahnya, bangunan setinggi 128,70 meter ini dibangun pada era Presiden Sukarno, tepatnya tahun 1961. Awalnya, sayembara digelar oleh Sukarno untuk mencari lambing yang paling bagus sebagai ikon ibukota negara. Sang Presiden akhirnya jatuh hati pada konsep Obelisk yang dirancang oleh Friederich Silaban. Namun saat pembangunannya, Sukarno merasa kurang sreg dan kemudian menggantinya dengan arsitek Jawa bernama Raden Mas Soedarsono. Sukarno yang seorang insinyur mendiktekan gagasannya kepada Soedarsono hingga jadilah Tugu Monas seperti yang dapat kita saksikan saat ini. 

Proyek mercusuar pembangunan Monumen Nasional tersebut sesungguhnya dilakukan saat kondisi keuangan negara dalam masa kritis yang sangat hebat. Pada saat itu, Sukarno juga tengah mengerjakan proyek lainnya yang mungkin dianggap lebih ‘mulia’, yakni pembangunan Masjid Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara. Dihadapkan pada pilihan sulit, akhirnya Sukarno lebih memilih merampungkan proyek Tugu Monas daripada rumah Allah tadi. Uniknya, kedua proyek besar tersebut selesai saat Presiden Sukarno sudah tidak berkuasa lagi pasca pemberontakan G 30 S PKI.

Sukarno yang terkenal flamboyan saat itu lebih memilih Monas karena merupakan simbol phallus raksasa. Tidak aneh jika simbol ibukota negaranya adalah simbol kejantanan seorang pria (phallus). Sukarno adalah seorang visioner yang tidak tanggung-tanggung dan berpandangan jauh ke depan. Dia tidak membiarkan pembangunan phallus/lingga sendirian. Saat bersamaan, dia juga memerintahkan pembangunan ‘pasangannya’, yakni Yoni sebagai simbol perempuan, tepat di atas Monas. Jadilah Monas seperti yang terlihat sekarang, sebuah bangunan lambing penyatuan Lingga dan Yoni, simbol laki-laki dan perempuan.

Menurut penuturan Dan Brown dalam novel fenomenalnya, penyatuan Lingga dan Yoni merupakan ritus purba seksual, Persetubuhan Suci (The Sacred Sextum). Ini adalah ritual tertinggi bagi kelompok-kelompok penganut Luciferian (penyembah setan) seperti halnya Ksatria Templar dan Freemasonry.
Monas adalah The Sacred Sextum
Tugu Monas hanyalah salah satu dari obelisk-obelisk lain yang tersebar di pusat-pusat kota seluruh dunia. Obelisk tertua berasal dari kebudayaan Mesir Kuno, simbol menjulang menuju dewa tertinggi bangsa pagan purba (dan modern). Selain Kairo dan Jakarta, obelisk asli Mesir dapat kita saksikan di ibukota penguasa dunia saat ini, Washington DC Amerika Serikat. Lokasinya tepat di depan Capitol Hill tempat presiden-presiden Amerika terpilih mengucapkan sumpahnya secara turun-temurun. Obelisk atau phallus juga bisa kita jumpai tepat di tengah lapangan Basilika Santo Petrus, Vatican City, negara tempat pemimpin umat Katholik Roma sejagat raya. Phallus modern juga dapat berupa obelisk baja yang menjulang di tengah-tengah ibukota Perancis, Paris berupa Menara Eiffel.

Obelisk adalah simbol kejantanan, kekuatan, dan kekuasaan
Jika kita cermati bersama, keberadaan Tugu Monas di jantung ibukota negara Republik Indonesia adalah sebuah ejekan tak kentara terhadap sila pertama Pancasila. Monas adalah lambang Persetubuhan Suci yang dilakukan tanpa malu-malu di sekeliling rumah Tuhan. Dia mengejek Gereja Imanuel, dia mengejek Gereja Katedral, dan dia juga mengejek Masjid Istiqlal. Terhadap rumah Tuhan-rumah Tuhan yang mengelilinginya, Monas seakan mencibir, “Lihatlah aku, aku lebih tinggi dan lebih megah ketimbang kalian, dan yang pasti pengikutku lebih banyak dari penghuni kalian, hahahaha…”

Dan memang ada benarnya, Monas adalah simbol dari tabiat bangsa ini dari waktu ke waktu yang semakin tidak memiliki rasa malu. Di bawah naungannya, di antara rindangnya pepohonan dan rimbunnya semak-semak di sekitarnya, tidak siang tidak malam, banyak manusia yang melakukan ritus purba seperti yang ditunjukkan penyatuan Lingga dan Yoni, Monas. Kebanyakan pelakunya adalah muda-mudi yang tidak tahu diri dan tidak memiliki harga diri lagi.

Dan, rahasia Tugu Monas yang barangkali tidak dapat kita rasakan hingga saat ini adalah bentuk piramida silang Monas jika dilihat dari udara.

Sebelum adanya aplikasi Google Earth, tak banyak manusia yang dapat menyaksikan simbol pagan masyarakat purba (dan modern) dengan seksama seperti saat ini. Sebagai perbandingan, arahkan kursor peta Google Earth tepat di atas Piramida Giza di Kairo, Mesir. Kemudian alihkan kursor ke kota Jakarta tepat di atas komplek Tugu Monas. Jika silang Monas yang tampak dari atas tersebut kita anggap sebagai sisi-sisi piramida dan Tugu Monas yang berada tepat di tengahnya sebagai puncak piramida, terlihat ada kesamaan bentuk dan konsep antara Piramida Giza di Mesir dan ‘Piramida Monas’ di Indonesia.